Jakarta, 9 Januari - Berhati-hatilah memilih travel perjalanan umrah dan haji. Sekitar 245 jamaah umrah dari sejumlah daerah di Indonesia, hingga Kamis (8/1/2014) malam waktu Indonesia, atau siang waktu Saudi Arabia, masih ditampung di Madinah.
Sedikitnya 50 orang diantaranya adalah jamaah asal Sulsel. "Belum ada kejelasan tiket pulangnya. Kemarin dijanjikan lagi sebentar malam berangkat tapi belum tahu bagaimana nasibnya," kata M Jusran, jamaah umrah asal Makassar, melalui pesan BlackBerry Massenger Pihak biro jasa travel mereka adalah Jakarta, PT Al Aqsha Jisru Dakwah (Jakarta) dan konsorsiumnya,PT Adam Malik Wisata Mulia (Padang).
Jusman adalah satu jamaah, seperti dilansir laman Tribun News, menyebutkan mereka kini sudah lima hari diinampkan di sebuah gedung yang otoritas imigrasi di sekitar 4 km dari Kota Medinah. "Kita dikira seperti TKI ilegal yang telantar," kata Jusman, warga Perumnas Minasa Upa, Makassar, melalui pesan BBM dari Medinah, petang kemarin.
Kepada Tribun, tadi malam, Doddi, salah seorang pengelola biro travel umrah ini, membantah menelantarkan jamaahnya. "Iya, memang masih ada di Madinah, tapi kami tetap urus kok," kata Doddy, melalui sambungan telepon kantornya yang beralamat di Jl Otista NO 36 A2 Cimanggis, Ciputat, Tangerang, Banten, tadi malam.
Doddy menjelaskan, bahwa biro travel dengan izin No. D/156/2008, tetap akan mengurus kepulangan mereka. "Bos Saya, Pak Didi, kini sedang di Kuala Lumpur, untuk mengurus izin kepulangan jamaah Makassar," katanya.
Jusman, menceritakan, dari sekitar 250 orang itu jumlah tersebut sekitar 50-an di antaranya berasal dari sejumlah kabupaten/ kota di Sulawesi Selatan (Sulsel) seperti Makassar, Sidrap, Palopo, dan lainnya.
Sesuai perjanjian paket umrah, seyogyanya jamaah tersebut sudah pulang ke Tanah Air sejak 3 Januari lalu. Mereka diberangkatkan dari Makassar, sejak 22 Desember 2014. "Kami bertahun baru di Mekkah," ujarnya.
Hingga malam tadi, jamaah masih berada di Medinah. Kondisi jamaah dilaporkan sudah banyak yang sakit karena dalam rombongan cukup banyak orang tua lanjut usia.
Kondisi ini diperparah udara Medinah yang sangat dingin. "Ditambah lagi mungkin kecapaian karena jamaah pindah-pindah hotel dan kota," ujar warga Minasaupa ini.
Sekitar 44 orang di antara jamaah yang dijanjikan pulang ke Tanah Air untuk rombongan tahap pertama justru harus menelan pil lebih pahit.
Mereka yang sudah berada di bandara Medinah ditahan pihak imigrasi dan ditampung di penampungan setempat karena masih belum memiliki tiket kepulangan ke Indonesia.
Berbeda dari pemberangkatan yang mencarter pesawat milik Bangladesh ke Saudi. pihak Kedutaan Besar Indonesia di Arab Saudi sudah mendatangi jamaah.
Jamaah umrah tersebut sebelumnya bertolak dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada 24 Desember lalu. Sedangkan, jamaah dari Makassar sudah bertolak ke Jakarta 22 Desember. Awalnya, kata Jusran, jamaah dijanjikan berangkat dari Jakarta ke Saudi dengan Garuda, 22 Desember.
Sesuai perjanjian jadwal pemberangkatkan pada 24 Desember subuh langsung ke Saudi. Kemudian dari pihak travel menyampaikan kalo pesawatnya delay (terlambat). "Jadi kami nginap di Jakarta dua malam. Kemudian diterbangkan ke Malaysia 24 Desember. Di Malaysia pun kami diinapkan lagi dua malam menunggu keberangkatan. Akhirnya kami terbang ke Medinah pesawat United Airlines milik Bangladesh," ujarnya. Penerbangan ini sudah menimbulkan kekecewaan.
Tapi pemulangan yang dijanjikan mundur lagi pada 4 Januari 2015. Jamaah pun mulai curiga. Beberapa di antaranya marah termasuk kepada pemilik travel PT Adam Malik Wisata Mulia, H Adam Malik, yang ikut mendampingi jamaah.
Tapi kata Jusran, Adam Malik, juga tidak bisa berbuat apa-apa karena yang mengurus tiket dari PT Al Aqsha Jisru Dakwah, mitra bisnisnya, Didi. Untuk menenangkan jamaah, pendamping umrah dari travel kembali menyampaikan pemulangan mundur pada 6 Januari 2015 dengan alasan pesawat kembali terlambat.
"Tanggal 5 Januari kami dapat kabar lagi kalau kepulangan ditunda lagi jadi tanggal 7 Januari," jelasnya. Akhirnya jamaah dikembalikan lagi dari Jeddah ke Medinah.
Sudah Bayar Rp 24 Juta, Tapi Kok Telantar
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Tak hanya harus mengatasi rasa was-was di Arab Saudi dan menahan rindu dengan keluarga di Tanah Air, jamaah umrah tersebut juga kerap mendapat pelayanan dan fasilitas yang tidak memuaskan dan tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Misalnya saja saat pemberangkatan ke Saudi. "Masya Allah ternyata pesawat itu pesawat tua yang kurang terawat. Kursi-kursinya sudah banyak yang rusak, lampu-lampunya sudah kuning, emergency light banyak yang tidak menyala," ujarnya.
Masalah juga soal penginapan maupun makanan. Saat di Mekah, hotel penginapan jauh dari Masjidil Haram. Berbeda dari yang dijanjikan dekat dengan Masjidil Haram.
"Terus makanan sering lambat dan tidak cukup untuk seluruh jamaah. Ibadah jadi tidak khusyuk pikiran kacau gara-gara travel," ujar Jusran.
Untungnya saja saat keterlambatan pemulangan ini akomodasi masih ditanggung pihak travel. Jamaah kecuali yang sembilan orang yang duluan ke Medinah begitupun 44 orang jamaah lainnya yang sedianya dijanjikan pulang ke Tanah Air masih mendapatkan penginapan baik.
Jusran berangkat bersama 12 anggota keluarga termasuk istri, kakak, ipar, bersama sejumlah ponakannya. Beberapa keluarga baru bergabung di Jakarta. Mereka masing-masing merogoh kocek senilai Rp 24 juta untuk membayar paket umrah.
Berbeda dengan jamaah lainnya, Jusran melalui ipar langsung membayar biaya travel melalui Adam, pemilik PT Adam Malik.
Dari foto hand bag yang dikirimkan istri Jusran dari Medinah, travel tersebut berkantor pusat di Jl Alternatif Cibubur Komp Puri Sriwedari Blok M8 Cibubur, Jawa Barat.
Dengan kantor perwakilan beralamat di Jl Jenderal Sudirman No 91, Pangkajene, Sidrap. Jamaah yang mayoritas dari Sidrap dan Palopo rata-rata mendaftar melalui perwakilan ini.
Asosiasi Travel Haji: Itu Imbas Gunakan Travel 'Abal-Abal'
Sementara itu, KETUA Kesatuan Tour and Travel Haji Republik Indonesia (Kesthuri) Sulsel, Usmad Jasad menanggapi telantarnya ratusan jamaah di Arab Saudi? sebagai imbas dari travel "abal-abal".
Menurut dia Kesthuri telah beberapa kali mengedukasi jamaah untuk tidak mudah percaya pada paket-paket murah yang ditawarkan dan tidak disertai kompensasi.
"Bisa jadi ini salah satu dampak dari paket murah. Jamaah memang harus selektif pilih travel, jangan sampai murah tapi tidak kembali ke tanah air,"kata Usman saat dimintai komentarnya, Kamis (8/1/2014).
Usman belum merinci lebih jauh apakaah travel ?PT. Adam Malik Wisata Mulia yang menjalin konsorsium dengan PT. Al Aqsha Jisru Dakwah adalah anggota Kesthuri.
"Kami juga belum tahu staatus travel ini, namun ini harus menjadi perhatian serius?,"ujarnya.
Untuk diketahui ada 240 jamaah dari Indonesia dan sekitar 50-an diantaranya dari Sulsel yang tidak bisa kembali ke tanah air akibat tidak memiliki tiket pulang.
Penyelenggara yang membawa jamaah ini sampai berita diturunkan belum memberikan kejelasan kepad para jamaah. (Tn/Gs)